Minggu, 12 Oktober 2014

Nilai normal laboratorium

Nilai Normal Hasil Pemeriksaan Laboratorium Anak dan Dewasa

Agar dapat memantau keadaan kesehatan kita, perlu dilakukan tes laboratorium secara berkala - untuk informasi lebih lanjut. Tetapi kita bingung tentang hasil laboratorium yang telah kita lakukan, maka biasanya kita akan bertanya : apakah normal? apakah nilai lab. kita kurang atau terlalu tinggi?

Maka perlu untuk mengetahui nilai normal dari pemeriksaan kesehatan yang telah kita lakukan, dan perlu dicatat bahwa setiap hasil pemeriksaan laboratorium perlu adanya konsultasi ke dokter ataupun petugas pelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lebih lanjut.

Beberapa hal yang perlu kita ketahui tentang hasil normal pemeriksaan laboratorium adalah bahwa setiap laboratorium menentukan nilai ‘normal’, yang ditunjukkan pada kolum ‘Nilai Rujukan’ atau ‘Nilai Normal’ pada laporan laboratorium. Nilai ini tergantung pada alat yang dipakai dan cara pemakaiannya. Tidak ada standar nilai rujukan.

Jadi angka pada laporan kita harus dibandingkan dengan nilai rujukan pada laporan, bukan dengan nilai rujukan pada lembaran ini. Bahaslah hasil yang tidak normal dengan dokter.

Tubuh manusia tidak seperti mesin, dengan unsur yang dapat diukur secara persis dengan hasil yang selalu sama. Hasil laboratorium kita dapat berubah-ubah tergantung pada berbagai faktor, termasuk: jam berapa contoh darah atau cairan lain diambil; infeksi aktif; tahap infeksi HIV; dan makanan (untuk tes tertentu, contoh cairan harus diambil dengan perut kosong –tidak ada yang dimakan selama beberapa jam). Kehamilan juga dapat mempengaruhi beberapa nilai. Oleh karena faktor ini,
hasil lab yang di luar normal mungkin tidak menjadi masalah.

Pada tabel ini, terdapat tabel Paediatric normal ranges untuk hasil normal laboratorium pada anak dan adult normal ranges untuk hasil normal laboratorium pada anak.


Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue



DEMAM DENGUE DAN DEMAM BERDARAH DENGUE
Demam Dengue (DD) dan Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh infeksi virus dengue.
ETIOLOGI
DD dan DBD disebabkan oleh infeksi virus dengue yang mempunyai 4 serotipe yaitu den-1, den-2, den-3, dan den-4. Virus dengue serotipe den-3 merupakan serotipe yang dominan di Indonesia dan paling banyak berhubungan dengan kasus berat.
MANIFESTASI KLINIS
 Infeksi virus dengue mempunyai spektrum klinis yang luas mulai dari asimptomatik (silent dengue infection), demam dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD), dan demam berdarah dengue disertai syok (sindrom syok dengue, SSD).
Tabel 1. Manifestasi klinis infeksi virus dengue
Spektrum Klinis
Manifestasi Klinis
DD
*      Demam akut selama 2-7 hari, disertai dua atau lebih manifestasi berikut: nyeri kepala, nyeri retroorbita,   mialgia, manifestasi perdarahan, dan leukopenia.
*      Dapat disertai trombositopenia.
*      Hari ke-3-5 ==> fase pemulihan (saat suhu turun), klinis membaik.

DBD
*      Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari disertai nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia dan nyeri perut.
*      Uji torniquet positif.
*      Ruam kulit : petekiae, ekimosis, purpura.
*      Perdarahan mukosa/saluran cerna/saluran kemih : epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri.
*      Hepatomegali.
*      Perembesan plasma: efusi pleura, efusi perikard, atau perembesan ke rongga peritoneal.
*      Trombositopenia.
*      Hemokonsentrasi.
*      Hari ke 3-5 รจ fase kritis (saat suhu turun), perjalanan penyakit dapat berkembang menjadi syok

SSD
*      Manifestasi klinis seperti DBD, disertai kegagalan sirkulasi (syok)
Gejala syok :
*      Anak gelisah, hingga terjadi penurunan kesadaran, sianosis.
*      Nafas cepat, nadi teraba lembut hingga tidak teraba.
*      Tekanan darah turun, tekanan nadi < 10 mmHg.
*      Akral dingin, capillary refill turun.
*      Diuresis turun, hingga anuria
Keterangan:
*      Manifestasi klinis nyeri perut, hepatomegali, dan perdarahan terutama perdarahan GIT lebih dominan pada DBD.
*      Perbedaan utama DBD dengan DD adalah pada DBD terjadi peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma yang mengakibatkan haemokonsentrasi, hipovolemia dan syok.
*      Uji torniquet positif : terdapat 10 – 20 atau lebih petekiae dalam diameter 2,8 cm (1 inchi).


PEMERIKSAAN PENUNJANG
*      Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
Pemeriksaan darah perifer: Hb, leukosit dan hitung jenis, hematokrit, dan trombosit.
*      Pada DBD berat/SSD :
*      monitor hematokrit, trombosit tiap 4-6 jam,
*      AGD,
*      kadar elektrolit,
*      ureum,
*      kreatinin,
*      SGOT, SGPT,
*      protein serum,
*      PT dan APTT.
DIAGNOSIS
Diagnosis DD ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang sesuai tabel 1, dan tidak ditemukan adanya tanda-tanda perembesan plasma (hemokonsentrasi, hipovolemia, dan syok).
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO sebagai berikut:
Kriteria klinis
*      Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari.
*      Terdapat manifestasi perdarahan : uji torniquet positif, petekiae, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan atau melena.
*      Hepatomegali.
*      Syok
Kriteri laboratoris
*      Trombositopenia (trombosit =100.000 mm3)
*      Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit =20% menurut standar umur dan jenis kelamin)
Diagnosis DBD dapat ditegakkan bila memenuhi kriteria : 2 kriteria klinis pertama + trombositopenia dan hemokonsentrasi. Pada DBD harus dinilai derajat penyakit, karena membutuhkan penatalaksanaan yang berbeda.
 Tabel 2. Derajat penyakit DBD
Derajat Penyakit
Kriteria
DBD derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji torniquet positif.
DBD derajat II
Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain.
DBD derajat III
Terdapat kegagalan sirkulasi (nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun ( < 20 mmHg) atau hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab, dan anak tampak gelisah.
DBD derajat IV
Syok berat (profound shock): nadi tidak dapat diraba, dan tekanan darah tidak dapat diukur.

KOMPLIKASI DBD
Pada DD tidak terdapat komplikasi berat namun anak dapat mengeluh lemah/lelah (fatigue) saat fase pemulihan. Komplikasi berat dapat terjadi pada DBD yaitu ensefalopati dengue, gagal ginjal akut, atau udem paru akut.
PENATALAKSANAAN
1. Demam Dengue
Medikamentosa:
Antipiretik (apabila diperlukan) : paracetamol 10 – 15 mg/kg BB/kali, 3 kali/hari. Tidak dianjurkan pemberian asam asetilsalisilat/ibuprofen pada anak yang dicurigai DD/DBD.
Edukasi orang tua:
*      Anjurkan anak tirah baring selama masih demam.
*      Bila perlu, anjurkan kompres air hangat.
*      Perbanyak asupan cairan per oral: air putih, ASI, cairan elektrolit, jus buah, atau sup.
*      Tidak ada larangan konsumsi makanan tertentu.
*      Monitor keadaan dan suhu anak dirumah, terutama selama 2 hari saat suhu turun. Pada fase demam, kita sulit membedakan antara DD dan DBD, sehingga orang tua perlu waspada.
*      Segera bawa anak ke rumah sakit bila : anak gelisah, lemas, muntah terus menerus, tidak sadar, tangan/kaki teraba dingin, atau timbul perdarahan.
2. Demam Berdarah Dengue
Fase demam
Prinsip tatalaksana DBD fase demam sama dengan tatalaksana DD.
*      Antipiretik: paracetamol 10 – 15 mg/kg BB/kali, 3 kali/hari.
*      Perbanyak asupan cairan oral.
*      Monitor keadaan anak (tanda-tanda syok) terutama selama 2 hari saat suhu turun.
*      Monitor trombosit dan hematokrit secara berkala.
*      Penggantian volume plasma
Anak cenderung menjadi dehidrasi. Penggantian cairan sesuai status dehidrasi pasien dilanjutkan dengan terapi cairan rumatan.
Jenis cairan adalah kristaloid : RL, 5% glukosa dalam RL, atau NaCl.
*      Tranfusi darah
Diberikan pada :
-         Kasus dengan renjatan yang sangat berat atau renjatan yang berkelanjutan.
-         Gejala perdarahan yang nyata, misal : hematemesis dan melena.
Pemberian darah dapat diulang sesuai dengan jumlah yang dikeluarkan.
Jika jumlah thrombocyte menunjukkan kecenderungan menurun
o   Antipiretika : yang diberikan sebaiknya Parasetamol (mencegah timbulnya Efek samping pedarahan dan asidosis)
o   Obat penenang : diberikan pada kasus yang sangat gelisah. Dapat diberikan Valium 0,3 – 0,5 mg/kgBB/kali (bila tidak terjadi gangguan system pernapasan) atau Largactil 1 mg/kgBB/kali. Bila penderita kejang dapat diberikan kombinasi Valium (0,3 mg/kgBB) i.v. dan diikuti Dilantin (2 mg/kgBB/jam 3 kali sehari).
o   Oksigen
o   Koreksi asidosis Nabic dapat diberikan 1 – 2 mEq/kgBB, diberikan dengan kecepatan 1 mEq/menit, atau jumlah Nabic dapat dihitung dengan rumus : Kebutuhan Nabic : 0,5 x BB x Defisit HCO3- atau 0,3 x BB x Base defisit
Tabel 3. Kebutuhan cairan pada rehidrasi ringan-sedang
Berat Badan (Kg)
Jumlah Cairan (ml/kg BB/hari)
< 7
220
7 – 11
165
12 – 18
132
>18
88

Tabel 4. Kebutuhan cairan rumatan
Berat Badan (Kg)
Jumlah cairan (ml)
10
100 per kg BB
10 – 20
1000 + 50 x kg BB (untuk BB di atas 10 kg)
>20
1500 + 20 x kg BB (untuk BB di atas 20 kg)

Tabel 5. Kriteria rawat inap dan memulangkan pasien
Kriteria rawat inap
Kriteria memulangkan pasien
Ada kedaruratan:
 • Syok
 • Muntah terus menerus
 • Kejang
 • Kesadaran turun
 • Muntah darah
 • Berak hitam
Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
Hematokrit cenderung meningkat setelah 2 kali pemeriksaan berturut-turut

Nafsu makan membaik
Hemokonsentrasi (Ht meningkat = 20%)
Secara klinis tampak perbaikan

Hematokrit stabil tiga hari setelah syok teratasi

Trombosit > 50.000/uL

Tidak dijumpai distres pernafasan

Algoritma 1. Diagnosis Demam Dengue dan DBD








Algoritma 2. Tatalaksana DBD Derajat II







Algoritma 3. Tatalaksana DBD Derajat III




Algoritma 4. Tatalaksana DBD Derajat IV
  

Algoritma 5. Tatalaksana SSD